Senin, 08 Juni 2015

lebih penting manakah, kepintaran atau kejujuran

Sering muncul sebuah pernyataan bahwa Negara ini tidak kekurangan orang pintar, melainkan kekurangan orang yang jujur. Lalu lebih penting manakah, jujur atau pintar? Oleh karena itu, tulisan ini akan mencoba membahas, manakaha di antara keduanya yang lebih penting.


Pertama yang dibahas adalah pintar. Pintar dapat didefinisikan sebagai sebuah tindakan yang bisa melakukan sebuah pekerjaannya dengan baik. Tidak ada orang yang pintar dalam semua hal, kepintaran seseorang hanya pada bidang tertentu. Sehingga muncul sebuah pernyataan bahwa semua orang pintar, tetapi kepintaran tidak pada bidang yang sama. Ada orang yang pintar Matematika, tetapi pelajaran yang lain tidak. Ada yang pintar memberbaiki perlatan elektronik, tetapi memperbaiki perkakas rumah tangga tidak pintar. Lalau apakah pintar selalu berhubungan dengan kebaikan, seperti pintar berbohong, pintar mencuri, maupun pintar memanipulasi? Tentu saja jawabannya adalah tidak. Pintar bersifat fleksibel, tergantung penggunanya bisa positif maupun negative. Oleh karena itu, pintar yang bagaimanakah yang banyak seperti pernyataan di awal. Mungkin pintar dalam hal ekonomi, pembangunan, dan politik. Pintar dalam hal tersebut sangat berelasi dalam membangun Negara. Akan tetapi, apabila sudah banyak orang-orang yang pintar dalam hal tersebut, mengapa tetap tidak menuju kenegara yang lebih baik. Malahan hampir setiap dengar yang namanya kasus korupsi. Seperti pernyataan bahwa pintar itu fleksibel, yang bisa positif maupun negative. Kepintaran bisa saja digunakan untuk membodohi, memanipulasi, sehingga muncullah kasus-kasus korupsi. Oleh karena itu, orang pintar haruslah pribadi yang baik pula.


Pernyataan kurangnya orang yang jujur, menjadi sebuah tanda Tanya besar, siapakah yang berkewajiban menciptakan sifat jujur tersebut. Apakah presiden, menteri, anggota DPR, atau kepala daerah? Semua akan menjawab itu adalah tugas Guru, namun guru pun pernah mengarahkan muridnya agar tidak jujur, seperti halnya ketika ujian datang, terkadang guru mengahrapkan muridnya yang pintar mau membantu temannya yang kurang bisa, itu tidakan yang menodai kejujuran. Bahkan pemerintah saja tidak percaya kepada guru, karena diadakannya soal ujian yang beragam, sampai-sampai satu ruangan tidak ada yang mendapat soal yang sama. Ini sebuah tanda bahwa pemerintah menganggap bahwa guru tidak mengajarkan muridnya kejujuran. Jikalau diajarkan kejujuran, maka hanya ada satu paket soal. Dan siswa tidak akan mencontek walaupun soalnya sama, karena sangat menjunjung kejujuran. Ini masalah yang sangat mendasar, dimana sebuah moral kejujuran dipertanyakan. Sehingga tugas untuk mendidik anak bersikap jujur adalah keluarga. Keluarga haruslah mampu mengajarkan kejujuran pada anaknya. Keluarga harus memulai kejujuran dari yang paling kecil.


Berdasarkan pembahasan sekilas tersebut, maka dapat diperoleh kesimpulan, bahwa kejujuaran lebih berharga dari kepintaran. Kejujujuran jarang diajarkan pada sekolah umum. Oleh karena itu, mulailah kejujuran sejak deni, yaitu dari keluarga. Kejujuran mampu mebuat sebuah Negara, maju. Kerena tidak akan ada korupsi, tidak ada penyuapan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar