Sering muncul sebuah pernyataan bahwa Negara ini tidak
kekurangan orang pintar, melainkan kekurangan orang yang jujur. Lalu lebih
penting manakah, jujur atau pintar? Oleh karena itu, tulisan ini akan mencoba
membahas, manakaha di antara keduanya yang lebih penting.
Pertama yang dibahas adalah pintar. Pintar dapat
didefinisikan sebagai sebuah tindakan yang bisa melakukan sebuah pekerjaannya
dengan baik. Tidak ada orang yang pintar dalam semua hal, kepintaran seseorang
hanya pada bidang tertentu. Sehingga muncul sebuah pernyataan bahwa semua orang
pintar, tetapi kepintaran tidak pada bidang yang sama. Ada orang yang pintar
Matematika, tetapi pelajaran yang lain tidak. Ada yang pintar memberbaiki
perlatan elektronik, tetapi memperbaiki perkakas rumah tangga tidak pintar. Lalau
apakah pintar selalu berhubungan dengan kebaikan, seperti pintar berbohong,
pintar mencuri, maupun pintar memanipulasi? Tentu saja jawabannya adalah tidak.
Pintar bersifat fleksibel, tergantung penggunanya bisa positif maupun negative.
Oleh karena itu, pintar yang bagaimanakah yang banyak seperti pernyataan di
awal. Mungkin pintar dalam hal ekonomi, pembangunan, dan politik. Pintar dalam
hal tersebut sangat berelasi dalam membangun Negara. Akan tetapi, apabila sudah
banyak orang-orang yang pintar dalam hal tersebut, mengapa tetap tidak menuju
kenegara yang lebih baik. Malahan hampir setiap dengar yang namanya kasus
korupsi. Seperti pernyataan bahwa pintar itu fleksibel, yang bisa positif
maupun negative. Kepintaran bisa saja digunakan untuk membodohi, memanipulasi,
sehingga muncullah kasus-kasus korupsi. Oleh karena itu, orang pintar haruslah
pribadi yang baik pula.
Pernyataan kurangnya orang yang jujur, menjadi sebuah tanda Tanya
besar, siapakah yang berkewajiban menciptakan sifat jujur tersebut. Apakah presiden,
menteri, anggota DPR, atau kepala daerah? Semua akan menjawab itu adalah tugas
Guru, namun guru pun pernah mengarahkan muridnya agar tidak jujur, seperti
halnya ketika ujian datang, terkadang guru mengahrapkan muridnya yang pintar
mau membantu temannya yang kurang bisa, itu tidakan yang menodai kejujuran. Bahkan
pemerintah saja tidak percaya kepada guru, karena diadakannya soal ujian yang
beragam, sampai-sampai satu ruangan tidak ada yang mendapat soal yang sama. Ini
sebuah tanda bahwa pemerintah menganggap bahwa guru tidak mengajarkan muridnya
kejujuran. Jikalau diajarkan kejujuran, maka hanya ada satu paket soal. Dan siswa
tidak akan mencontek walaupun soalnya sama, karena sangat menjunjung kejujuran.
Ini masalah yang sangat mendasar, dimana sebuah moral kejujuran dipertanyakan. Sehingga
tugas untuk mendidik anak bersikap jujur adalah keluarga. Keluarga haruslah
mampu mengajarkan kejujuran pada anaknya. Keluarga harus memulai kejujuran dari
yang paling kecil.
Berdasarkan pembahasan sekilas tersebut, maka dapat
diperoleh kesimpulan, bahwa kejujuaran lebih berharga dari kepintaran. Kejujujuran
jarang diajarkan pada sekolah umum. Oleh karena itu, mulailah kejujuran sejak deni,
yaitu dari keluarga. Kejujuran mampu mebuat sebuah Negara, maju. Kerena tidak akan
ada korupsi, tidak ada penyuapan.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar